Enter your keyword

DRI ITB Gelar Diskusi “Rencana Kolaborasi” Bersama Prof. Gretchen Kalonji

DRI ITB Gelar Diskusi “Rencana Kolaborasi” Bersama Prof. Gretchen Kalonji

DRI ITB Gelar Diskusi “Rencana Kolaborasi” Bersama Prof. Gretchen Kalonji

BANDUNG, 23 Mei 2025 – Direktorat Riset dan Inovasi (DRI) Institut Teknologi Bandung (ITB) pada hari Rabu, 21 Mei 2025, telah sukses menyelenggarakan diskusi penting bertajuk “Rencana Kolaborasi”. Acara ini menghadirkan Prof. Gretchen Kalonji, seorang penasihat khusus di International Center of Big Data for SDGs dan High-Level Panel on Water and Disasters, serta mantan Asisten Direktur Jenderal UNESCO. Diskusi yang berlangsung di Auditorium Lantai 8 Gedung CRiMSE (d.h. PAU) Kampus ITB ini dihadiri oleh beragam peserta, mulai dari Ketua Pusat, Dosen, Peneliti, hingga mahasiswa.

Acara dibuka oleh Dr. Grandprix Thomryes Marth Kadja, M.Si., Deputi Direktur Pengembangan Pusat dan Pusat Penelitian ITB. Setelah perkenalan narasumber oleh Mohammad Farid, S.T., M.T., Ph.D. selaku moderator, Prof. Kalonji memaparkan materi utama yang menyoroti urgensi pemanfaatan teknologi digital dan big data dalam penyelamatan Agenda Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) 2030.

Terobosan Digital untuk SDG yang Terancam: Peran Krusial CBAS di Panggung Global

Prof. Kalonji mengawali paparannya dengan menekankan kondisi genting SDGs 2030. Laporan PBB tahun 2024 menunjukkan fakta mencemaskan: 48% target SDGs melenceng signifikan, sementara 35% lainnya stagnan atau bahkan mundur dari kondisi tahun 2015. Kesenjangan data yang besar menjadi penghalang utama, namun di sinilah teknologi digital dan big data menawarkan potensi transformatif yang tak terbantahkan.

Dalam konteks ini, pemerintah Tiongkok mengambil langkah konkret dengan mendirikan International Research Center of Big Data for Sustainable Development Goals (CBAS). Lembaga ini didedikasikan untuk mengoptimalkan pemanfaatan teknologi digital demi mengakselerasi implementasi SDGs di seluruh dunia. Misi utama CBAS sangat ambisius, mencakup pengembangan infrastruktur data SDGs, produksi pengetahuan ilmiah untuk evaluasi dan pemantauan, peluncuran satelit SDGs (SDGSAT-1), serta pembentukan platform Open Science. Selain itu, CBAS berfokus pada penguatan kapasitas negara berkembang melalui pelatihan dan akses data terbuka, serta menjadi think tank dan forum internasional yang menyatukan sains dan kebijakan.

SDGSAT-1 dan Big Earth Data: Menyingkap Informasi Global dari Angkasa

Salah satu pencapaian paling monumental CBAS adalah peluncuran satelit SDGSAT-1 pada tahun 2021. Satelit ini dirancang khusus untuk memantau interaksi kompleks antara manusia dan lingkungan secara global. Hingga tahun 2024, lebih dari 380.000 citra satelit telah dibagikan kepada para ilmuwan di 104 negara, memberikan informasi vital untuk berbagai indikator SDGs.

Sebagai contoh, data satelit ini membantu mengukur efisiensi penggunaan lahan dan air pertanian (SDG 2), memantau kualitas air danau dan frekuensi algae bloom (SDG 6), hingga mengestimasi potensi dan pertumbuhan energi surya dan angin (SDG 7). Bahkan, SDGSAT-1 mampu menyediakan estimasi emisi dan secara real-time (SDG 13) serta mengukur indeks kehijauan vegetasi global (SDG 15).

Saat ini, platform Big Earth Data CBAS telah menampung lebih dari 19,5 petabyte data, meliputi informasi geospasial, keanekaragaman hayati, atmosfer, dan sosial-ekonomi. Data masif ini dapat diakses secara terbuka oleh peneliti dan pengambil kebijakan dari 174 negara, membuka pintu bagi analisis dan solusi yang lebih komprehensif.

Sinergi Global: Menyatukan Ilmu, Teknologi, dan Aksi Nyata

CBAS tidak bergerak sendiri. Lembaga ini secara rutin menyelenggarakan Forum Internasional tentang Big Data untuk SDGs (FBAS), sebuah acara tahunan yang mempertemukan lebih dari 3.000 pakar dari 90 negara. Forum ini menjadi wadah penting untuk mendiskusikan strategi kolaboratif dalam pemanfaatan data terbuka dan kecerdasan digital demi mewujudkan SDGs.

Jejaring kemitraan CBAS juga sangat luas, mencakup berbagai badan PBB seperti UNESCO (untuk sains, teknologi, dan inovasi bagi SDGs), UNEP (untuk pemantauan indikator lingkungan), FAO (untuk pengawasan pertanian), hingga WHO (untuk pemantauan kualitas udara kota). Sinergi ini memperkuat dampak CBAS dalam skala global.

Digital SDG Programme (DSP): Dekade Ilmu Pengetahuan untuk Masa Depan Berkelanjutan

Untuk memperkuat dampak globalnya, CBAS telah menginisiasi Digital SDG Programme (DSP), sebuah program strategis berjangka 10 tahun. Program ini dirancang untuk menjembatani kesenjangan kritis antara “data–pengetahuan–tata kelola” dan telah diakui sebagai bagian dari Dekade Internasional Ilmu Pengetahuan PBB untuk Pembangunan Berkelanjutan (IDSSD). Fokus DSP mencakup pengembangan konstelasi satelit SDGs, standardisasi data dan pelaporan SDGs, pemanfaatan model AI untuk prediksi indikator SDGs, serta penguatan kapasitas lintas negara dan komunitas ilmiah global.

Teknologi – Motor Perubahan untuk Dunia yang Lebih Baik

Kehadiran dan kiprah CBAS membuktikan bahwa teknologi digital bukan lagi sekadar alat bantu, melainkan motor penggerak utama dalam upaya pencapaian SDGs. Dengan menyediakan akses data, platform analitik canggih, dan memfasilitasi kolaborasi ilmiah global, CBAS menegaskan sebuah visi yang jelas: masa depan yang berkelanjutan adalah masa depan yang dibangun di atas fondasi data terbuka, ilmu pengetahuan yang solid, dan semangat solidaritas antarbangsa.

Sebelum berlanjut ke sesi tanya jawab, moderator memandu perkenalan para peserta kepada Prof. Kalonji. Para peserta yang hadir adalah:

  1. Prof. Dr.S Andri Dian Nugraha, S.Si., M.Si. – Pusat Penelitian Mitigasi Bencana (PPMB)
  2. Dr. Ir. Zulfakriza, S.Si., M.T. – Pusat Penelitian Mitigasi Bencana (PPMB)
  3. Sarah Huwaida Hasari – Fresh Graduate Civil Engineering Institute of Technology Bandung, PPSDA
  4. Zahra Divani – Mahasiswi ITB, PPSDA
  5. Dhaifina Nazhifah Azhar – Mahasiswi ITB
  6. Alica Kirana V. Lukito – Pusat Pengembangan Sumber Daya Air (PPSDA)
  7. Muhammad Zaky – Pusat Pengembangan Sumber Daya Air (PPSDA)
  8. Ahmad Nur Wahid – Pusat Pengembangan Sumber Daya Air (PPSDA)
  9. Muhamad Koyimatu – STEI ITB
  10. Agus Sukoco – Researcher at the Center for Defense and Security Technology (Pusat Teknologi Pertahanan dan Keamanan)
  11. Acep Furqon, M.Si – FMIPA ITB
  12. Dr. RR. Kurnia Novita Sari, S.Si., M.Si. – FMIPA ITB
  13. Dr. Utriweni Mukhaiyar, S.Si., M.Si. – FMIPA ITB
  14. Federik De Vos – German researcher conducting research on a simulation model of sediment transport at ITB
  15. Abdul Kadir Alhamid – FTSL ITB

 

Sesi diskusi berlangsung interaktif, dengan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh peserta kepada Prof. Kalonji, yang dimoderatori oleh Mohammad Farid, S.T., M.T., Ph.D., Asisten Direktur Bidang Kerjasama DRPM ITB.

Acara kemudian ditutup oleh Dr. Grandprix Thomryes Marth Kadja, M.Si. Diskusi ini diharapkan dapat menjadi katalisator bagi kolaborasi konkret antara ITB dengan berbagai lembaga internasional dalam memanfaatkan teknologi digital dan big data untuk mewujudkan SDGs.