Sharing Session Vol. 4: Aplikasi Bahan Kimia di Industri Hulu Minyak dan Gas Bumi
Bandung, 19 Juni 2025 – Industri minyak dan gas bumi (migas) merupakan tulang punggung perekonomian global, dengan kompleksitas operasional yang menuntut inovasi berkelanjutan. Salah satu aspek krusial yang kerap luput dari perhatian umum adalah peran strategis bahan kimia produksi (production chemicals). Pentingnya bahan kimia ini dibedah tuntas dalam Sharing Session Vol. 4 yang diselenggarakan pada Kamis, 19 Juni 2025, di Ruang Auditorium Lantai 8, Gedung CRiMSE (d.h. PAU), Kampus ITB Ganesha, Bandung. Acara dibuka oleh Direktur Riset dan Inovasi Prof. Dr. Elfahmi, S.Si., M.Si.
Acara yang berlangsung mulai pukul 09.00 hingga 11.00 WIB ini berhasil menarik perhatian akademisi dan praktisi dari berbagai institusi, termasuk Fakultas MIPA, PEPC, STEI, Sekolah Farmasi, Pusat Penelitian Nanosains dan Nanoteknologi, serta Universitas Gadjah Mada (UGM). Sesi ini dimoderatori oleh Dr. Eng. Dwi Hantoko, S.T., M.T., dari Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Bandung, yang memandu jalannya diskusi dengan apik.
Peran Strategis Bahan Kimia Produksi dalam Industri Minyak dan Gas
Narasumber utama, Bony Budiman, Corrosion Production Chemist dari Eni Muara Bakau, B.V., mengupas secara mendalam mengapa bahan kimia produksi memegang peranan vital dalam industri migas. Menurut beliau, keberhasilan proses produksi tidak hanya bergantung pada peralatan eksplorasi, tetapi juga sangat ditopang oleh penggunaan bahan kimia ini.
“Selama fase produksi, fluida dari reservoir mengalami perubahan fisik dan kimia yang bisa memicu berbagai masalah serius,” jelas Pak Bony. Masalah-masalah tersebut meliputi endapan kerak (scale), asphaltene, dan hydrate yang menyumbat aliran; emulsi dan busa yang menyulitkan pemisahan minyak dan air; korosi pada pipa dan tangki; serta risiko lingkungan akibat gas beracun seperti hidrogen sulfida (H₂S). Bahan kimia produksi hadir sebagai solusi strategis untuk mengatasi tantangan-tantangan ini di titik-titik krusial sistem produksi.
Pak Bony merinci jenis dan fungsi bahan kimia produksi berdasarkan jenis fluida yang ditangani:
- Bahan Kimia untuk Minyak (Oil Treatment Chemicals): Termasuk demulsifier untuk memisahkan air dari emulsi minyak-air, pour point depressant untuk menjaga aliran minyak di suhu rendah, asphaltene dan naphthenic inhibitor untuk mencegah endapan padat, serta drag reducing agent (DRA) untuk meningkatkan efisiensi aliran.
- Bahan Kimia untuk Gas (Gas Treatment Chemicals): Meliputi hydrate inhibitor untuk mencegah pembentukan hydrate padat, H₂S scavenger untuk menetralkan gas beracun, dan CO₂ removal untuk mengurangi kadar karbon dioksida.
- Bahan Kimia untuk Air (Water Treatment Chemicals): Digunakan untuk reverse demulsifier (menghilangkan minyak dalam air), scale dan corrosion inhibitor (mencegah kerak dan karat), oxygen scavenger (menghilangkan oksigen terlarut), dan biocide (mengendalikan bakteri penyebab korosi mikrobiologis).
Keberhasilan aplikasi bahan kimia ini sangat ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu mode injeksi (kontinyu atau batch), dosis yang tepat, kompatibilitas dengan fluida lain, dan titik injeksi yang strategis. Banyak di antaranya termasuk kategori “spesialti” yang diformulasikan khusus dan memerlukan uji laboratorium serta lapangan.
Dalam sesi ini, Pak Bony juga menyoroti model kontrak pengadaan bahan kimia, yang umumnya terbagi menjadi kontrak berbasis performa, berbasis volume, atau kombinasi keduanya. “Pengelolaan kontrak yang baik tidak hanya mencegah kerugian teknis dan ekonomi, tetapi juga menjaga keamanan lingkungan,” pungkasnya.
Peluang Karier Lulusan Kimia di Industri Migas
Sesi dilanjutkan dengan sesi tanya jawab yang interaktif. Pertanyaan pertama yang menarik perhatian datang dari Dr. rer. nat. Rino Rakhmata Mukti mengenai peluang kerja bagi lulusan Kimia di industri migas. Pak Bony memberikan gambaran komprehensif mengenai prospek karier yang cerah di sektor ini.
Industri migas merupakan sektor global yang masif, dengan lebih dari 12,4 juta pekerja di dunia pada tahun 2023. Di Indonesia sendiri, data SKK Migas tahun 2020 menunjukkan sekitar 22.609 tenaga kerja di sektor ini. “Industri migas menawarkan kompensasi dan benefit yang menarik, peluang karier yang terbuka lebar, keamanan kerja yang relatif tinggi, paparan internasional, serta pengembangan ilmu pengetahuan,” papar Pak Bony.
Lulusan kimia memiliki banyak peran potensial di industri migas, antara lain:
- Laboratorium: Menjamin kualitas produk migas, memerlukan pemahaman metode analisis umum, penguasaan alat, dan manajemen lab.
- Production Chemist: Menentukan bahan kimia yang tepat untuk operasi migas seperti separasi fluida dan pencegah korosi. Membutuhkan pemahaman proses produksi dan kemampuan troubleshooting.
- Corrosion Engineer: Merancang dan mengawasi sistem antikorosi. Lulusan kimia bisa meniti karier ini dengan sertifikasi profesional seperti Coating Inspector atau Corrosion Technologist/Specialist.
- Operation, HSE, dan Lingkungan: Terlibat dalam operasional harian, pengelolaan keselamatan kerja, dan perlindungan lingkungan.
- Procurement: Menjamin ketersediaan dan spesifikasi bahan kimia industri secara ekonomis dan tepat guna.
Untuk dapat berkarier di industri migas, Pak Bony menekankan pentingnya kesehatan fisik dan mental, kompetensi dan pengetahuan teknis, sikap dan perilaku profesional, serta keberhasilan dalam tahapan rekrutmen. Peluang dapat ditemukan dengan melamar langsung ke perusahaan migas atau membangun karier dari industri penunjang (vendor, konsultan, laboratorium).
“Perpaduan antara kemampuan teknis, pengetahuan bahan kimia, dan semangat belajar akan menjadi modal utama untuk sukses di sektor strategis dan menantang seperti minyak dan gas,” tutup Pak Bony dalam presentasinya.
Sesi tanya jawab kedua datang dari Abdul Rohman S., M.Si., M.Eng., Ph.D. dari FMIPA ITB, yang mengajukan tiga pertanyaan mendalam dan dijawab dengan baik oleh narasumber. Acara Sharing Session Vol. 4 ini ditutup oleh moderator, menyisakan banyak wawasan berharga bagi para peserta mengenai peran fundamental bahan kimia dan prospek karier di industri hulu minyak dan gas bumi.