Diskusi Awal Riset dan Inovasi AI untuk Kesehatan
Direktorat Riset dan Inovasi (DRI) Institut Teknologi Bandung menggelar Diskusi Awal tentang Riset dan Inovasi Artificial Intelligence (AI) untuk Bidang Kesehatan pada Jumat (3/10/2025). Pertemuan berlangsung secara hibrida (daring dan luring) di Ruang Rapat A, Lantai 6 Gedung CRCS ITB, mulai pukul 13.30 WIB hingga selesai.
Kegiatan ini merupakan bagian dari agenda DRI dalam memperkuat dukungan terhadap akselerasi inovasi produk berbasis AI yang dikembangkan oleh para peneliti di lingkungan ITB.
Hadir dari DRI dan Tim Peneliti AI ITB
Dalam kesempatan tersebut hadir Nur Ahmadi, S.T., M.Eng., Ph.D., selaku Deputi Direktur Bidang Riset dan Diseminasi DRI, serta Prof. Dr. apt. Elfahmi, S.Si., M.Si., selaku Direktur Riset dan Inovasi ITB. Dari kalangan peneliti, hadir pula Prof. Dr. Ir. Bambang Riyanto Trilaksono dan Dr. Eng. Ayu Purwarianti, S.T., M.T. dari Pusat AI ITB, serta Ir. Astri Handayani, S.T., M.T. dari Sekolah Teknik Elektro dan Informatika (STEI) ITB.
Komitmen DRI dalam Akselerasi Inovasi AI
Dalam pembukaan diskusi, Nur Ahmadi menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari langkah awal DRI untuk memperkuat koordinasi dan dukungan terhadap riset-riset AI yang berpotensi memberikan dampak luas bagi masyarakat, khususnya di bidang kesehatan. “DRI berkomitmen memfasilitasi kolaborasi lintas bidang dan lintas fakultas agar riset AI di ITB dapat berkembang lebih cepat menuju tahap implementasi nyata,” ujarnya.
Harapan Peneliti: Dukungan Konsisten dan Kolaborasi Erat
Mewakili tim peneliti, Ayu Purwarianti menyampaikan bahwa riset kecerdasan buatan telah lama berkembang di ITB, mencakup berbagai bidang, termasuk kesehatan. “Kami sangat menyambut baik dukungan dari DRI ini. Dengan sinergi yang baik, pengembangan AI di berbagai sektor dapat dipercepat dan memberikan hasil yang lebih konkret,” tuturnya.
Sementara itu, Astri Handayani menekankan pentingnya dukungan yang berkelanjutan dari berbagai pihak agar inovasi AI yang dikembangkan dapat mencapai tahap komersialisasi dan dimanfaatkan masyarakat luas. “Untuk menghasilkan produk AI yang siap digunakan publik, dibutuhkan kolaborasi erat antarpeneliti, institusi, dan industri, serta dukungan konsisten di setiap tahap riset,” jelasnya.
Langkah Menuju Produk AI untuk Kesehatan
Diskusi ini menandai awal dari serangkaian kegiatan yang akan difokuskan pada pengembangan AI untuk aplikasi kesehatan, termasuk sistem diagnosis, pengolahan data medis, dan pendukung keputusan klinis. Dengan koordinasi yang baik antara DRI dan pusat riset AI di ITB, diharapkan muncul produk-produk inovatif yang dapat mendukung transformasi digital sektor kesehatan di Indonesia.
