Enter your keyword

Focus Group Discussion and Official Launching of Repower Indonesia

Focus Group Discussion and Official Launching of Repower Indonesia

Focus Group Discussion and Official Launching of Repower Indonesia

Institut Teknologi Bandung (ITB) resmi meluncurkan inisiatif Repower Indonesia: An Initiative on Coal to Nuclear Repowering melalui kegiatan Focus Group Discussion (FGD) and Launching yang berlangsung pada Selasa, 28 Oktober 2025 di ITB Kampus Jakarta, Graha Irama Building, Kuningan. Acara yang berlangsung pukul 09.00–15.30 WIB ini dihadiri oleh lebih dari 50 peserta dari unsur pemerintah, akademisi, industri energi, dan mitra internasional.

Kegiatan dibuka oleh Direktur Riset dan Inovasi ITB, Prof. Dr. apt. Elfahmi, S.Si., M.Si., yang menegaskan bahwa ITB bersama Quantified Carbon melalui Global Repower Initiative menjalin kerja sama strategis dalam pengembangan teknologi repowering. Teknologi ini memungkinkan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) berbahan bakar batu bara diubah menjadi fasilitas energi rendah karbon atau nuklir. Salah satu studi kasus utama adalah PLTU Tanjung Jati B di Jepara, Jawa Tengah, yang selama ini menjadi tulang punggung sistem kelistrikan Jawa–Bali.

Menurut Prof. Elfahmi, kolaborasi ini telah menghasilkan pre-feasibility study yang mencakup kajian teknologi, teknis-ekonomi, hingga kebijakan nasional. Ia menambahkan bahwa repowering batu bara juga telah masuk dalam revisi kebijakan energi nasional, sementara pembangunan PLTN menjadi bagian dari rencana jangka panjang pemerintah sebagaimana tercantum dalam dokumen RUPTL terbaru. “ITB berkomitmen mendukung penuh inisiatif ini, sejalan dengan target Indonesia mencapai net-zero emission pada 2060,” ujarnya.

Tinjauan Acara

Diskusi Kelompok Terfokus (FGD) dan Peluncuran Resmi Repower Indonesia telah sukses diselenggarakan pada 28 Oktober 2025 di Kampus Institut Teknologi Bandung (ITB) Jakarta. Acara ini berhasil mengumpulkan lebih dari 50 peserta dari kalangan pemerintah, akademisi, dan industri energi. Acara ini merupakan tonggak penting dalam memajukan agenda transisi energi Indonesia melalui Inisiatif Repower, yang bertujuan untuk mengubah fungsi (mereparasi) pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara yang sudah ada menjadi fasilitas rendah karbon atau berbasis nuklir.

Diselenggarakan bersama oleh ITB dan Inisiatif Repower Indonesia, acara ini menandai momen penting bagi kolaborasi lintas sektor dan mendapatkan dukungan kuat dari para pemangku kepentingan nasional utama di sektor energi.

Tamu dan Peserta Terhormat

Acara ini dihadiri oleh beberapa tokoh terkemuka, mencerminkan dukungan institusional yang luas terhadap inisiatif Repower:

  • Dr. Retno Gumilang Dewi, perwakilan dari Repower Indonesia, yang juga menjabat sebagai Staf Penasihat Presiden Bidang Energi, menekankan keselarasan Repower dengan Kontribusi yang Ditetapkan Secara Nasional (NDC) Kedua Indonesia kepada IPCC, menyoroti potensinya untuk mempercepat pencapaian Net Zero Emission 2060.
  • Dr. Agus Puji, Anggota Dewan Energi Nasional (DEN), menggarisbawahi pentingnya menerjemahkan konsep Repower menjadi kebijakan. Ia mengusulkan pembentukan Kelompok Kerja (Pokja) Repower Nasional pada tahun 2026, yang akan merekomendasikan kerangka regulasi untuk memungkinkan implementasi repowering. Ia juga menegaskan kembali komitmennya untuk mendukung energi nuklir jika terpilih kembali untuk masa jabatan DEN berikutnya.
  • Bapak Didik Fauzi, Executive Vice President (EVP) PT PLN (Persero) yang mewakili Direktur PLN, dan Bapak Hery Artady, EVP PT PLN Nusantara Power, menyampaikan keterbukaan PLN untuk menjajaki opsi transisi energi, termasuk repowering berbasis nuklir.
  • Bapak Sutomo dan Bapak M. Firdaus, perwakilan dari PLTU Tanjung Jati B, berbagi wawasan teknis yang berharga mengingat pembangkit tersebut menjadi situs studi kasus Repower Indonesia.
  • Peserta lain termasuk pakar energi, pembuat kebijakan, peneliti, dan mitra internasional dari Repower Global, yaitu Albert Payaró-Llisterri dan Georg Holzner, yang telah bekerja dengan beberapa negara dalam studi repowering serupa.

Diskusi dan Temuan Utama

Selama sesi “Studi Repower di Indonesia: PLTU Tanjung Jati B sebagai Studi Kasus”, pakar energi Erwin Mirza dan spesialis nuklir Eko Yuli Winarno mempresentasikan temuan yang menunjukkan bahwa sistem boiler di Tanjung Jati B secara teknis dapat digantikan oleh Reaktor Berpendingin Gas Suhu Tinggi (HTGR) dari Tiongkok karena memiliki parameter uap yang serupa.

Berdasarkan analisis Repower Indonesia, konversi PLTU yang sudah ada (proyek nuklir Brownfield) dapat mengurangi biaya investasi hingga 30% dibandingkan dengan membangun pembangkit listrik tenaga nuklir baru (proyek Greenfield). Namun, kelayakan ekonomi bergantung pada dua faktor kritis:

  1. Pajak karbon yang lebih tinggi (di atas $18 per ton, dibandingkan dengan yang saat ini $5 per ton).
  2. Penghapusan bertahap subsidi batu bara (DMO), yang menciptakan pasar yang adil untuk energi bersih.

Temuan-temuan ini selaras dengan tren repowering internasional, di mana pendekatan serupa telah terbukti efisien biaya dan layak secara teknis.

Bob S. Effendi, Direktur Proyek Repower Indonesia, menegaskan kembali bahwa Repower menawarkan solusi pragmatis untuk tantangan sosial dan ekonomi penutupan PLTU batu bara, mencegah aset terlantar (stranded assets), kehilangan pekerjaan, dan gangguan jaringan. Ia menguraikan tiga jalur utama repowering:

  • Full Repower (Repower Penuh), mengganti boiler dengan reaktor canggih;
  • Partial Repower (Repower Parsial), menghibridisasi sistem;
  • Site Repurposing (Perubahan Fungsi Lokasi), memanfaatkan infrastruktur yang ada untuk fasilitas energi bersih yang baru.
  1. Rekomendasi Kebijakan dan Kelembagaan

Pada tingkat kebijakan, para peserta mengidentifikasi beberapa tindakan utama yang diperlukan untuk mempercepat implementasi Repower:

  • Mengembangkan Regulasi Implementasi Repower, termasuk ketentuan untuk negosiasi ulang Power Purchase Agreement (PPA) guna memungkinkan proyek transisi batu bara ke energi bersih.
  • Merumuskan Rencana Induk (Masterplan) Repower, yang akan menguraikan prioritas nasional, kerangka waktu, dan pengembangan proyek percontohan (pilot project) sebagai bukti konsep untuk penerapan skala besar.
  • Untuk mencapai tujuan ini, Dr. Agus Puji mengusulkan pembentukan Satuan Tugas Repower Nasional pada tahun 2026, setelah ia terpilih kembali menjadi anggota Dewan Energi Nasional (DEN). Satgas akan mengoordinasikan pembuat kebijakan, PLN, mitra swasta, dan akademisi untuk menerjemahkan studi Repower menjadi program yang dapat ditindaklanjuti dan kerangka kerja kebijakan.
  1. Kesimpulan dan Langkah Selanjutnya

Acara ini menunjukkan momentum multi-stakeholder yang berkembang untuk Repower Indonesia sebagai solusi transisi energi yang pragmatis. Beberapa tindak lanjut disepakati untuk mempertahankan momentum acara:

  • MoU antara Repower Global Initiative dan Repower Indonesia: Untuk memformalkan kerja sama pada Repower Score dan menyelenggarakan lokakarya sebelum Natal 2025, bertujuan untuk mengadaptasi dan mengimplementasikan alat tersebut untuk sektor kelistrikan Indonesia.
  • Lokakarya Pembiayaan Repower (Awal 2026): Akan diadakan pada awal 2026, dengan Repower Global mendukung undangan kepada HSBC, JETP, dan institusi keuangan internasional lainnya. Lokakarya ini diharapkan berlangsung di Bali dan berfokus pada strategi pembiayaan inovatif untuk proyek Repower.
  • Studi Panas Bumi Tingkat Lanjut Repower (Bangka): Akan didorong dan didukung oleh Repower Global, dengan tujuan mewujudkan inisiatif ini pada tahun 2026 sebagai bagian dari peta jalan pengembangan Repower yang lebih luas.

Inisiatif-inisiatif ini menandai langkah signifikan menuju menjadikan Repower jalur yang praktis, dapat dibiayai, dan dapat ditingkatkan skalanya bagi transisi energi bersih Indonesia.